Tana Toraja, Wisata Budaya Warisan Leluhur Suku Toraja

Tana Toraja

Surga wisata budaya di Sulawesi Selatan berpusat di kawasan Toraja. Destinasi ini mencakup dua kabupaten sekaligus, yaitu Tana Toraja dan Toraja Utara. Nama Toraja juga merupakan sebutan bagi suku yang mendiami daerah tersebut sejak lama. Penamaan Toraja berasal dari Suku Bugis di Kabupaten Sidenreng Rappang yang menyebut penduduk daerah tersebut sebagai “To Riaja” atau orang yang mendiami daerah pegunungan. Sejarah lain juga menyebutkan kalau nama Toraja berasal dari kata Toraya atau orang besar/mulia.

Dibandingkan suku lain di Indonesia, suku Toraja memiliki beragam keunikan tersendiri. Makanya tak heran kalau banyak wisatawan sengaja berkunjung ke Tana Toraja untuk menyaksikan langsung eksotisme budayanya. Berikut, tim Tripcetera merangkum hal-hal yang harus kamu ketahui tentang suku Toraja.

Keunikan Suku Toraja

1. Rambu Solo

Upacara suku toraja
Photo by @ronitrapa via Instagram

Perayaan kematian di Toraja memiliki tempat spesial di hati masyarakatnya. Upacara adat untuk prosesi pemakaman disebut dengan Rambu Solo. Ritual ini membutuhkan waktu lama dengan biaya yang tinggi. Para keluarga dan penduduk setempat akan berkumpul untuk merayakan kematian sebagai bentuk kasih sayang dan harapan untuk damai di alam lain. 

Sebelum rambu solo digelar, mayat biasanya tetap dianggap seperti masih hidup. Sehingga keluarga masih menyediakan berbagai jenis makanan, rokok, sirih, dan sesajian lain. Diyakini pula kalau musibah akan datang kepada keluarga yang tidak menggelar ritual rambu solo.

2. Silaga Tedong

Momen ini menjadi salah satu rangkaian dari prosesi upacara adat Rambu Solo. Silaga tedong merupakan adu kerbau yang bertujuan untuk memberikan penghiburan bagi keluarga yang sedang berduka. Selain itu, ritual ini menjadi ajang pertunjukan bagi pelayat yang turut hadir. Tak tanggung-tanggung, pelayat yang datang pada ritual Rambu Solo bisa mencapai ratusan. 

upacara adat toraja
Photo by @perdi.linggi via Instagram

Terdapat beberapa ketentuan dalam prosesi silaga tedong. Di antaranya adalah menggunakan kerbau jenis tertentu dengan harga yang selangit untuk diadu. Jadi bukan sembarang kerbau, ya. Supaya makin seru, silaga tedong digelar di lapangan atau sawah berlumpur.

3. Festival Ma’nene

Salah satu bagian paling unik dalam ritual pemakaman suku Toraja adalah festival ma’nene. Tradisi yang telah diwariskan turun temurun ini dilakukan dengan mengganti pakaian dan merias jasad keluarga seolah-olah masih hidup. Saat pembersihan jenazah, mayat dikeluarkan dari dalam peti. Saat bersamaan, keluarga dan pelayat akan membentuk lingkaran sambil menari dan bernyanyi. Tarian ini juga sekaligus menjadi momen pelipur lara bagi keluarga yang berduka.

Di antara kawasan yang masih mempertahankan ritual ini adalah masyarakat di Desa Baruppu Toraja Utara. Adapun pelaksanaannya biasanya digelar setelah panen besar di bulan Agustus setiap tiga tahun sekali.

4. Lima Kuburan Unik

Pemakaman Suku Toraja
Photo by @pinkylyla via Instagram

Upacara Rambu Solo akan berakhir pada pemakaman jenazah. Berbeda dengan kuburan lainnya, suku Toraja memiliki lima kuburan yang khas. Di antaranya adalah kuburan di dalam gua, kuburan gantung, kuburan batu liang, kuburan di dalam batang pohon, dan kuburan pattane. Beberapa situs terbaik untuk dikunjungi adalah Kete Kesu, Lemo, dan Londa. Situs kuburan tersebut merupakan yang paling populer dan memiliki banyak peti mayat di dalam serta dinding gua.

kuburan unik suku toraja - tana toraja
Photo by @roslikadini via Instagram

5. Kambira, Kuburan Bayi di Pohon

Pohon tarra, sejenis aren, diyakini memiliki kemiripan dengan rahim ibu bagi penduduk Tana Toraja. Hal itu karena getah pohon dianggap berperan sebagai pengganti air susu ibu. Karena itulah, masyarakat Toraja memakamkan jenazah bayi yang masih berusia di bawah enam bulan di dalam batang pohon ini. Suku Toraja percaya kalau bayi harus dikembalikan ke asalnya, yaitu di pohon dengan getah bak air susu ini. 

6. Rumah Adat Suku Toraja

Keunikan khas bagi suku Toraja juga dapat dilihat dari rumah adatnya, yaitu Tongkonan. Seni arsitektur tradisional ini berasal dari leluhur Toraja yang berlabuh dengan perahu. Karena itu pulalah, atap tongkonan berbentuk melengkung seperti perahu. Tak hanya sebagai tempat tinggal, tongkonan juga menjadi pusaka warisan dan pusat kehidupan sosial bagi suku Toraja. Agenda musyawarah atau dikenal dengan Tongkon dalam bahasa Toraja juga menjadi asal usul di balik nama rumah adat ini. Berbagai permasalahan penting di dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat dibahas dengan duduk berkumpul bersama di tongkonan. 

7. Kopi Toraja

Kopi tana toraja
Photo by @windymassang via Instagram

Kopi olahan tangan petani di pegunungan Toraja tidak hanya terkenal di nusantara. Bahkan, seantero dunia telah mengakui cita rasa kopi toraja. Kamu bisa berkunjung ke Lolai, negeri di atas awan untuk menikmati hangatnya kopi dengan pemandangan memikat. Barisan perbukitan hijau, sawah yang menguning, dengan awan putih menjadi perpaduan yang sangat indah saat menyesap cangkir kopi.

Baca Juga : Pesona Gunung Tangkuban Perahu (Legenda Sangkuriang)

Ciri khas kopi Toraja terletak pada rasa gurih yang melekat tanpa tambahan gula ataupun pemanis. Dijamin akan ketagihan dengan kopi jenis arabica ini. Saking populernya, kopi ini sudah dijajakan pula hingga ke Jepang dan Amerika Serikat. Bangga, kan?

8. Pahatan Suku Toraja

Pahatan Suku Toraja - tana toraja
Photo by @ms.petualang via Instagram

Kalau ingin membawa oleh-oleh, ukiran dan pahatan suku Toraja merupakan barang wajib yang tak boleh ketinggalan. Kekhasan pahatannya terletak dari puluhan jenis motif dengan corak dan pola yang menarik. Patung manusia atau tau-tau, rumah adat, kerbau belang, dan beragam objek lainnya kerap dipajang di toko cinderamata Tana Toraja. Jangan sampai kelupaan, ya!

Tertarik untuk berkunjung ke Toraja? Kamu bisa memulai perjalanan dengan memesan tiket pesawat murah ke Makassar. Dapatkan Paket Wisata Murah hanya dengan sekali Klik di Tripcetera

Upacara Kasada, Tradisi Unik Suku Tengger di Gunung Bromo

Upacara Kasada – Siapa yang tak kenal dengan Gunung Bromo? Gunung yang berada dalam kawasan Taman Nasional BTS alias Bromo Tengger Semeru ini menawarkan keindahan dan panorama alam memikat dengan hawa sejuk.

Namun sebenarnya gunung ini tak hanya dapat dinikmati dari pemandangan natural yang menawan. Lebih dari itu, interaksi dengan masyarakat setempat akan membawa pengalaman kaya budaya yang tentunya memberikan kesan mendalam.

Upacara Kasada

Warga lokal di sekitar Bromo memiliki keunikan tersendiri. Soalnya kamu akan menjumpai masyarakat Suku Tengger yang masih memegang teguh nilai-nilai budayanya. Sejarah dan tradisi yang terus mempertahankan adat istiadat yang sangat khas ini tak boleh dilewatkan saat berada di kawasan Bromo. Di antara dari sekian tradisi wajib suku Tengger adalah upacara Kasada. 

Asal Usul Suku Tengger 

Komunitas Suku Tengger merupakan penduduk yang hidup menetap di wilayah kaki Gunung Bromo secara turun menurun. Daerah lereng Bromo tersebut mencakup wilayah di empat kabupaten. Yaitu Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Probolinggo. 

Menurut cerita yang dipercayai masyarakat setempat, istilah Tengger berasal dari nama Roro Anteng dan Joko Seger. Roro Anteng merupakan putri dari Brawijaya dan Joko Seger adalah putra brahmana. Keduanya lalu membangun pemukiman di kawasan Bromo dengan julukan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger, yang bermakna sebagai “Penguasa Tengger yang Budiman”.

Asal Usul Upacara Kasada

Upacara Yadnya Kasada merupakan tradisi tahunan yang diperingati oleh masyarakat Hindu suku Tengger. Momen tersebut dilakukan pada bulan Kasada hari ke 14-16 atau malam bulan purnama tampak di langit sesuai penanggalan Jawa Kuno. Namun siapa sangka kalau tradisi menakjubkan ini ternyata bermula dari kisah tragis antara pasangan Joko Seger dan Roro Anteng. 

Pada awal pernikahan, pasangan suami istri tersebut tak kunjung dikaruniai anak. Karena itulah, keduanya melakukan semedi kepada Sang Hyang Widhi dengan harapan dapat memiliki anak. Tak berselang lama, muncullah surat gaib yang menyatakan semedi membuahkan hasil dengan syarat bahwa anak bungsu harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo apabila permohonannya dikabulkan.

Tanpa pikir panjang, pasangan ini menyanggupi persyaratan tersebut hingga memiliki 25 anak. Sayangnya, Rara Anteng dan Jaka Seger tak mampu menepati janjinya. Karena itulah, Dewa diyakini marah dan menurunkan malapetaka di kawasan tersebut. Kawasan Tengger menjadi gelap gulita sebab kawah Gunung Bromo terkena dampak.

Sang bungsu, Kesuma kemudian tak dapat terhindar dari konsekuensinya. Ia tiba-tiba lenyap untuk melarikan diri dan mengorbankan diri ke jilatan api di kawasan kawah Bromo. Tak lama setelahnya, terdengar suara gaib dalam waktu bersamaan yang menyebutkan kalau “Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orangtua kita dan Sang Hyang Widhi menyelamatkan kalian semua. Hiduplah damai dan tentram, sembahlah Sang Hyang Widhi. Aku ingatkan agar kalian setiap bulan Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji kepada Sang Hyang Widhi di kawah Gunung Bromo”. Kejadian inilah yang masih terus diyakini oleh masyarakat Tengger saat ini untuk terus merayakan upacara Kasada.

Puncak Pelaksanaan Upacara Kasada

puncak upacara yadnya kasada di mulai dini hari
Credit Image : @jejak_budaya on Instagram

Hal unik lain dari upacara Kasada karena ritual ini dimulai sejak dini hari dengan pembacaan sejarah Kasada. Untuk memeriahkan, terdapat tabuhan gamelan bertalu-talu yang mengiringi prosesi upacara adat. Ritual tersebut digelar di spot khas Gunung Bromo, yaitu Mandala Pura Luhur Poten Bromo.

Sebagian besar masyarakat Tengger memang merupakan warga Hindu. Sehingga, komunitas Tengger dari empat kabupaten di sekitar Taman Nasional BTS akan berkumpul di kaki Bromo pada momen tahunan ini. Bahkan, sejumlah penganut Hindu Bali pun turut meramaikan tradisi sakral ini.

Ritual Larung Sesaji di Kawah Gunung Bromo

Puncak dari updacara kasada ini adalah budaya melemparkan sesaji ke kawah gunung bromo saat bulan purnama.

Setelah ritual di pura, peserta upacara Kasada akan mengarah ke kawah Bromo dengan beraneka ragam sesaji. Sesajen tersebut berupa dikemas dalam bentuk pikulan dengan memakai bambu yang kerap disebut ongkek. Hasil bumi, seperti pisang, jagung, singkong, dan wortel merupakan bahan sesajen yang kerap dipersembahkan bagi masyarakat Tengger.

Selain hasil pertanian, hewan ternak pun tak lepas dari isi sesajen.Mulai dari ayam, bebek, hingga kambing dilarang di kawah Bromo. Momen persembahan tersebut mengandung nilai filosofis dan makna tersendiri bagi penghayat kepercayaan di Tengger. Dengan melakukan pengorbanan hasil bumi dan hewan ternak, mereka meyakini balasan akan diberikan dari Dewata berupa tanah yang subur sehingga dapat panen besar di musim berikutnya.

Rebutan Sesaji di Lereng Kawah Bromo

Yadnya Kasada suku tengger
Credit Image : @infoprobolinggo on Instagram

Ritual melarung sesaji ke kawah Gunung Bromo tak mengakhiri keunikan upacara Yadnya Kasada di Tengger. Justru bagian serunya baru akan dimulai. Soalnya, seusai pemuka adat Suku Tengger bermunajat dan berdoa untuk meminta berkah dan keselamatan, sesaji tersebut akan diperebutkan oleh banyak orang.

Tak mengherankan, sejumlah peserta upacara adat ini mempersiapkan alat dengan jaring untuk mendapatkan sesaji. Saat sesaji dilemparkan ke dalam kawah, saat itulah orang-orang akan berebutan menggapai simbol keberkahan ala suku Tengger. 

Perpaduan Panorama Alam dan Kearifan Lokal Tengger

Upacara Kasada
Credit Image : @zulfnn on Instagram

Jadi, sudah tahu kan kalau Bromo bukan hanya tentang keindahan pesona alaminya saja? Gunung ini pun menjadi rumah bagi kearifan lokal yang masih bertahan di tanah Jawa. Pada hari perayaan Kasada, kamu akan menyaksikan berbagai kesenian khas dari Jaranan Tengger Wahyu Tunas Budaya, Sanggar Ande-Ande Lumut Kediri, Singo Ulung Bondowoso. Pertunjukan budaya tersebut akan melengkapi pengalaman bersentuhan dengan komunitas Tengger yang pastinya memikat. 

Sudah siap untuk berdecak kagum dengan momen sakral dan indah di kawasan Tengger, Bromo? Segera rancang perjalananmu ke destinasi wisata unggulan Indonesia ini dengan layanan hotel murah di malang dan tiket pesawat lewat Tripcetera. Liburan nyaman akan terjamin bersama Tripcetera.